Senin, 03 Juni 2013

BAGIAN 7 - Memohon hidayah

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas. Namun demikian nafsu yang ada di diri manusia itu dapat dipengaruhi oleh syaitan sehingga manusia kadang-kadang mempunyai keinginan yang di luar batas dan melanggar aturan-aturan yang telah dite-tapkan oleh Allah SWT.
Sebagai  Muslim kita tentu menginginkan kesela-matan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu kita harus selalu memohon hidayah-Nya agar aktifitas kita di dunia ini selalu dalam koridor aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya sehingga aktivitas kita akan mendapat ridho-Nya. Mengapa demikian ?
Sebagai kita ketahui bahwa kehidupan di dunia ini adalah menjalani cobaan dan ujian dari Allah SWT  untuk menentukan kwalitas ketakwaan kepada-Nya.
Namanya cobaan dan ujian tentu merupakan sesuatu yang memerlukan penyikapan yang hati-hati dan cermat. Cobaan dan ujian disajikan dalam berbagai kondisi, baik menyusahkan maupun menye-nangkan manusia.
Dalam kondisi yang menyusahkan, manusia akan berada dalam kondisi yang penuh tekanan, baik fisik maupun psykis, baik moril maupun materil, sehingga menimbulkan kegoyahan iman pada Allah SWT. Dalam kondisi ini syaitan akan menggunakan kesempatan untuk menggodanya. Disinilah manusia dituntut kehati-hatian dan kecermatan dalam menyi-kapinya.
Dalam kondisi yang menyenangkan, manusia akan berada dalam kondisi yang bernuansa penuh dengan kerentanan akan kealpaan, sehingga menim-bulkan lupa diri dan menjauhi keimanan pada Allah SWT. Dalam kondisi ini syaitan akan menggunakan kesempatan untuk menggodanya. Disinilah manusia dituntut kehati-hatian dan kecermatan dalam menyi-kapinya.

Sesungguhnya aturan-aturan sebagai pedoman hidup telah tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Namun demikian dalam menjalankannya dituntut kehati-hatian dan kecermatan karena bagaimanapun medan yang akan ditempuh penuh dengan lika-liku baik menyusahkan maupun menyenangkan. Manu-sia dituntut menggunakan akalnya untuk menjalani cobaan dan ujian itu, karena manusia dilebihkan oleh Allah SWT dari mahluk lainya adalah karena manusia dianugrahi akal.

Sebagai contoh adalah kita berada di tempat A harus menuju ke tempat B. Banyak jalan yang dapat ditempuh dari tempat A ke tempat B. Akan tetapi hanya ada satu jalan yang paling dekat jarak tem-puhnya yaitu jalan lurus dari tempat A ke tempat B. Untuk itu maka sebelum perjalanan dilakukan, se-baiknya dan seharusnya adalah membuka lembar peta yang memuat tempat A dan tempat B.
Pada peta tersebut tariklah garis lurus dari titik A ke titik B. Itulah jalan yang paling dekat jarak tempuhnya. Apakah dengan ini sudah cukup ? Tentu saja belum, namun paling tidak sudah ada gambaran tahap awal bahwa jalan yang terdekat jarak tem-puhnya adalah jalan garis lurus  dari titik A ke titik B itu.
Setelah mengetahui jalan lurus yang harus ditempuh, kita perlu mengetahui gambaran medannya yang akan dilalui. Dari peta tersebut akan diketahui gambaran medan yang akan dilalui dalam jalan yang lurus itu. Misalnya akan menemui jalanan datar, jalanan terjal, sungai, bukit, gunung, lembah, perkam-pungan dan lain-lainnya.
Apakah manfaatnya mengetahui gambaran tersebut ? Tentu saja manfaatnya adalah untuk mem-persiapkan diri sebagai bekal untuk menempuh perjalanan tersebut. Mempersiapkan diri dalam meng-hadapi medan tersebut, kalau menemui sungai harus bagaimana, kalau menemui gunung harus bagai-mana, kalau menemui perkampungan harus bagai-mana, kalau menemui jalan datar harus bagaimana,                      kalau menemui jalan terjal harus bagaimana, dan lain sebagainya.
Menyikapi medan seperti itulah yang perlu kehati-hatian dan kecermatan agar kita lancar dalam me-nempuh perjalanan tersebut dan sampai di tempat B dengan selamat.
Menjalani jalan tersebut tentu sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri kita. Kemampuan kita dalam menjalani jalan terjal bagaimana, bisa cepat atau lambat. Menghadapi rintangan sungai bisa dengan berenang kalau kita mampu berenang atau dengan cara lain kalau kita tidak mampu berenang. Menghadapi jalan datar bisa dengan kecepatan tetap saja seperti sebelumnya atau dilakukan dengan santai atau malah lebih dipercepat. Kitalah yang akan mengetahui bagaimana harus kita lakukan sesuai  dengan kemampuan kita
Yang jelas selama perjalanan menuju tempat B tersebut kita harus tetap pada pedoman yang telah kita miliki, yaitu diantaranya peta. Kita tetap membaca dan mempelajari pedoman tersebut serta menggu-nakan akal kita, terutama pada saat-saat mengalami rintangan yang menimbulkan kesulitan.
Kalau kita terbentur pada kesulitan yang dialami  di lapangan walaupun sudah membuka dan mempe-lajari pedoman, maka kita  dapat minta pertolongan dan berkomunikasi dengan yang mengetahui/mem-buat pedoman itu melalui alat komunikasi yang telah dipersiapkan. Komunikasi akan lancar apabila kita telah mempelajari pedoman ter-sebut, sehingga solu-si/pertolongan cepat datang.
Apabila kita belum atau tidak membaca dan mempelajari pedomannya maka komunikasi tidaklah akan lancar dan pertolongan akan tersendat. Yang dimintai pertolongan itu kemungkinan akan  menyu-ruh kita untuk membaca dan mempelajari pedoman terlebih dahulu, sehingga solusi/pertolonganpun ter-tangguhkan.
Petunjuk akan jelas apabila komunikasi dengan yang dimintai pertolongan lancar. Komunikasi akan lancar apabila kita pun telah membaca dan mempe-lajari pedoman yang diberikan/dibuatnya.  Bagai-manapun yang diminta pertolongan akan bertanya, apa kesulitannya, dimana posisi berada, bagaimana situasi medannya dan lain-lain. Kita akan memberikan informasi dengan baik apabila kita mengerti pedo-mannya. Informasi yang jelas akan menentukan pertolongan yang diminta.  Misalnya kita memberikan informasi, kesulitannya adalah harus menyeberang sungai yang lebar dan dalam, posisi sekian derajat lintang Utara dan sekian derajat bujur Timur, medan-nya banyak pohon bambu. Yang diminta pertolongan akan menjawab, buatlah rakit dari bambu, posisi penyeberangan yang layak sekian derajat lintang Utara dan sekian derajat bujur Timur.
Apabila belum  mengerti pedoman yang dibawa, maka komunikasi tidak lancar dan pertolongan jadi tersendat.  Bagaimanapun untuk menjawab per-tanyaan yang diminta pertolongan, yang minta pertolongan akan berkata, baik nanti saya lihat dulu petanya dan dipelajari, informasinya nanti saya sampaikan. Jelaslah dalam hal ini dia sudah kehi-langan waktu dan pertolongan yang diharapkannya-pun jadi tertunda.

Itulah contoh yang mudah-mudahan dapat dicerna oleh akal kita.

Marilah kita berbicara pada hakekat perjalanan hidup kita yang sebenarnya.  Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, tujuan hidup  kita adalah perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat semula manusia (Nabi Adam AS) diciptakan yaitu syurga dan hakekat hidup manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT, untuk taat pada perintah-perintah-Nya dan mening-galkan larangan-larangan-Nya.
Allah SWT telah memberikan pedoman untuk menjalani semua itu seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Pedoman tersebut telah menunjukkan jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan hidup manusia,  yaitu jalan yang lurus dan memberikan gambaran tentang keadaan medan yang akan dijalani yaitu penuh lika-liku cobaan dan ujian, baik menyulitkan maupun  menyenangkan manusia. Cobaan dan ujian ini dalam nuansa yang  sangat rentan terhadap godaan-godaan syaitan, di mana syaitan akan mempengaruhi manu-sia supaya ingkar pada Allah SWT. Syaitan memang telah berjanji akan selalu menggoda manusia  karena dendamnya pada manusia. Hal ini disebabkan karena manusialah ia (syaitan) dikutuk oleh Allah SWT.

Kita tentu  menginginkan perjalanan ini lancar dan selamat sampai di  tujuan. Caranya tiada lain dengan selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Agar pedoman itu dimengerti maka kita harus sering membaca dan mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga kita akan selalu mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya.
Kadangkala kita terbentur pada masalah yang sulit dipecahkan, walaupun kita “merasa” telah mengikuti pedoman tersebut. Namun demikian sebenarnya pedoman tersebut telah menunjukkan caranya yaitu dengan menyarankan untuk berko-munikasi dengan Allah SWT, melalui sholat–sholat sunat seperti sholat tahajud, sholat dhuha, sholat istikhoroh dan lain-lain untuk memohon hida-yah(petunjuk)-Nya.
Komunikasi akan lancar dan pertolongan cepat terasa apabila kita mengerti pedoman yang diberikan Allah SWT. Untuk mengerti haruslah selalu membaca dan mempelajajari (mengkaji)  pedoman-Nya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Komunikasi tidak akan lancar dan pertolongan terasa tersendat apabila kita kurang mengerti pedoman yang diberikan Allah SWT karena kurang-nya membaca dan mempelajari (mengkaji) Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tersendatnya hal tersebut karena seolah-olah Allah SWT menyuruh kita untuk mem-buka pedoman-Nya untuk dibaca dan dipelajari (dikaji) terlebih dahulu agar komunikasinya menjadi lancar.

Demikianlah kiranya hal yang menyangkut de-ngan memohon hidayah (petunjuk/ pertolongan) Allah SWT.
Wallahua’lam bisawab.
Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha ilallahu  Allahu akbar.

Hidayah dari Allah SWT sangat diperlukan tatkala terjadi keresahan batin menimpa diri manusia. Keresahan batin dapat menimpa manusia  baik dalam kondisi sedang bergelimang penuh dengan kepa-paan maupun dalam kondisi sedang bergelimang penuh dengan perhiasan-perhiasan dunia. Keresahan batin terjadi akibat tidak adanya keseimbangan dalam diri manusia.
Rasulullah Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Sebaik-baik urusan adalah pertengahannya (yang di tengah-tengah)”
(HR. Al-Baihaqi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar