Sabtu, 01 Juni 2013


Bismillaahirrohmaanirrohiim

Dengan nama Allah
Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang



BAGIAN 1

Mengiqro Kalam-Kalam Illahi



Iqro tidak sekadar membaca.


 Iqro secara harfiahnya adalah membaca, namun secara arti luasnya mengandung arti membaca, mengkaji dan menghayati apa yang tersirat di balik kalam-kalam Illahi, baik yang tersurat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun yang tersirat dalam hukum-hukum alam yang merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.
Dalil-dalil, rumusan-rumusan yang telah menjadi teori dalam berbagai ilmu pengetahuan adalah merupakan hasil iqro terhadap rahasia-rahasia alam yang merupakan ketentuan-ketentuan yang telah dite-tapkan Allah SWT dalam mengatur alam semesta ini.  Manusia diberi akal untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga dapat mengetahui posisinya dihadapan Allah SWT, yaitu sebagai mahluk-Nya.  Sebagai mahluk-Nya, manusia harus ta’at kepada perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Manusia dibedakan dari mahluk lainnya, yaitu diberi akal untuk berpikir agar dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, baik yang tersurat dalam kitab suci Al-Qur’an, maupun yang tersirat dalam hukum-hukum alam, sehingga manusia mampu menjalani kehidupan nya di dunia yang penuh cobaan-cobaan dan ujian-ujian.
Ilmu pengetahuan yang terus berkembang merupakan hasil Iqro manusia terhadap kalam-kalam Illahi yang tersirat dalam fenomena-fenomena alam yang terjadi, kemudian dicerna dengan akalnya dan dirumuskan berupa kaidah-kaidah yang menjadi pegangan manusia.

Allah SWT berfirman :

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekua-saan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
  (Adz-Dzariyat ayat 20).

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”
 (Adz-Dzariyat ayat 21)
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepa-damu”.
(Adz-Dzariyat ayat 22)

Firman Allah tersebut menyeru agar manusia selalu mengiqro kalam-kalam-Nya, baik yang berupa tanda-tanda yang ada di bumi, di dalam diri manusia itu sendiri, maupun yang ada di langit. Dengan demikian manusia akan selalu mengingat kebesaran Allah SWT melalui kalam-kalam-Nya. Juga manusia akan terasah akalnya yang sangat berguna dalam menjalani kehidupannya di dunia yang penuh cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah SWT.
Allah SWT telah menyediakan segala apa yang diperlukan manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia. Manusia tinggal mencerna dengan akalnya untuk memperoleh apa yang diperlukannya. Oleh karena itu manusia harus pandai-pandai mengiqro kalam-kalam Illahi, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan tuntunan bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Al-Qur’an membantu umat Islam untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi yang tersebar di alam semesta ini. Orang yang dapat mengiqro kalam Illahi merupakan orang yang beruntung, karena akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin, yang ujung-ujungnya akan mendekatkan diri pada Allah SWT, karena dengan mengiqro kalam-kalam Illahi ia dapat melihat kebesaran-kebesaran-Nya.
Para ilmuwan yang menemukan kaidah-kaidah, rumusan-rumusan teori ilmu pengetahuan seperti Archimedes, Newton, Einstein dan lain-lainnya adalah orang-orang yang telah mampu mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga penemuannya itu sangat berguna bagi kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan sendiri pada dasarnya merupakan sarana agar dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga akan membawa manusia menyadari posisinya di hadapan Allah SWT sebagai mahluk yang lemah. Dengan demikian manusia akan terhindar dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti sombong, serakah dan lain-lain. Orang yang berilmu biasanya seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk.


Agama dan ilmu pengetahuan.

Untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, manusia patut menguasai agama dan ilmu pengetahuan dengan selaras dan seimbang seba-gaimana pepatah bahwa  agama tanpa ilmu adalah buta, ilmu tanpa agama adalah lumpuh. Ilmu agama untuk mengelola batin manusia sebagai landasan untuk berpikir dengan jernih. Ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi yang tersebar di alam semesta ini.
Agama mengasah qolbu manusia agar jernih, sehingga peka terhadap getaran-getaran sinar Illahi yang selalu terpancar setiap saat. Getaran-getaran sinar Illahi yang mampu ditangkap itu kemudian diolah oleh akal pikiran manusia. Akal pikiran manusia itu akan tajam apabila selalu diasah dengan memperdalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu sendiri adalah getaran sinar Illahi yang telah mampu ditangkap manusia dan diolah oleh akal pikiran manusia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk kaidah-kaidah teori hukum-hukum alam yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia di dalam menempuh hidupnya di dunia.
Kita sebagai umat Islam telah diberikan tuntunan oleh Allah SWT melalui Al-Qur’an yang dijelaskan oleh Hadits-hadits Rasulullah Nabi Muhammad SAW Al-Qur’an memberikan petunjuk bagi umat Islam untuk dapat mengolah qolbunya agar mampu mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hanya manusia yang mampu mengiqro kalam-kalam Illahi yang dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Newton seorang ilmuwan yang menemukan teori gaya gravitasi adalah orang yang berhasil mengiqro kalam Illahi. Pengamatannya terhadap kejadian sehari-hari tentang benda jatuh kebawah telah menimbulkan pertanyaan pada dirinya sendiri, mengapa benda itu jatuh ke bawah ? Melalui pengamatan dan penelitiannya kemudian diperoleh kesimpulan dengan rumusan teori yang dikenal dengan teori gaya gravitasi, bahwa bumi akan menarik setiap benda kearah pusat bumi.
Demikian pula dengan Archimedes, pengalam-annya  setiap kali menceburkan diri ke dalam air telah menimbulkan pertanyaan pada dirinya,  mengapa badannya menjadi ringan ?  Melalui  pengamatan dan penelitiannya kemudian diperoleh rumusan teori yang dikenal dengan hukum Archimedes, bahwa setiap benda yang jatuh pada benda cair akan mendapat tekanan ke permukaan seberat benda itu sendiri.
Itulah contoh orang-orang yang mampu mengiqro kalam-kalam Illahi, yang hasilnya sangat bermanfaat  bagi kehidupan manusia di dunia. Banyak para ilmuwan yang berhasil mengiqro kalam Illahi yang kemudian dituangkan berupa kaidah-kaidah teori ilmu pengetahuan di berbagai bidang, sehingga ilmu pengetahuan terus berkembang dari zaman ke zaman.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang harus menjadi sarana untuk dapat lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Itulah sebabnya manusia diberi akal, agar dapat berpikir sehingga mampu mengiqro kalam-kalam Illahi baik yang tersurat, maupun yang tersirat.  Dengan mengiqro kalam-kalam Illahi, manusia akan lebih mengenal Tuhannya dan mengetahui posisinya sebagai mahluk-Nya.
Dengan perkembangan ilmu komputer yang semakin lama semakin pesat, menyebabkan setiap kegiatan di berbagai bidang tidak terlepas dari  penggunaan ilmu ini. Dengan aplikasi ilmu komputer maka setiap pekerjaan akan lebih cepat dilak-sanakan dan memang kondisi dewasa ini menuntut itu.
Ilmu komputer adalah kalam Illahi yang mampu diiqro oleh para ilmuwan. Para ilmuwan tersebut, baik sadar maupun tidak, adalah orang-orang yang mampu mengiqro kalam-kalam Illahi.
Namun demikian bagi kita sebagai umat Islam perlu menafakuri dan menghayati ilmu tersebut dalam rangka untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
       (Ali-Imron ayat 190)

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau mencip-takan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
      (Ali-Imron ayat 191)







BAGIAN  2

Tujuan Dan Hakekat Hidup Manusia Di Dunia

Tujuan hidup manusia di dunia.

Apabila kita akan pergi, sebelum melangkahkan kaki kita harus mengetahui tujuannya dan mengetahui apa maksud dari kepergian itu. Dengan mengetahui hal-hal tersebut maka kepergian kita akan terarah dan akan lebih siap menghadapi rintangan-rintangan yang mungkin terjadi selama menempuh perjalanan itu.
Demikian  pula dengan perjalanan hidup manusia di dunia ini, kemana tujuan hidup ini dan apa hakekat dari perjalanan hidup ini. Kita harus mengerti agar perjalanan hidup ini terarah dan kita akan lebih siap dalam menghadapi rintangan-rintangan yang mungkin terjadi selama menempuh perjalanan ini.
Allah SWT menyayangi umat manusia, sehingga dalam perjalanan hidupnya manusia diberikan tuntunan melalui firman-firman-Nya yang tertuang dalam kitab-kitab suci yang disampaikan kepada manusia oleh Rasul-Rasul-Nya.
Kita sebagai umat Islam telah diberi tuntunan-Nya melalui firman-firman-Nya yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Firman-firman-Nya dalam Al-Qur’an menjelaskan tentang tujuan hidup manusia di dunia dan hakekat dari perjalanan hidup manusia di dunia.

Allah S.W.T. berfirman :

Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
 (Al-Baqoroh ayat 30).

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman : “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar !”
 (Al-Baqoroh ayat 31)

Mereka menjawab : “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
 (Al-Baqoroh ayat 32).

Allah berfirman : “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman : “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembu-nyikan ?”
 (Al-Baqoroh ayat 33).

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
 (Al-Baqoroh ayat 34)

Dan Kami berfirman : “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”.
 (Al-Baqoroh ayat 35).

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman : “Turunlah kamu ! seba-hagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
 (Al-Baqoroh ayat 36).


Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tau-batnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
 (Al-Baqoroh ayat 37).

Kami berfirman : Turunlah kamu semua dari surga itu ! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang-siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
 (Al-Baqoroh ayat 38).

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
 (Al-Baqoroh ayat 39).

Ayat-ayat tersebut menerangkan tentang riwayat manusia mendiami bumi ini, yaitu dijadikan sebagai khalifah di muka bumi oleh Allah SWT, yang mendapat komentar dari para malaikat. Namun Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Adam “nama-nama” yang kemudian diperlihatkan kepada malaikat,  untuk menunjukkan bahwa manusia layak menempati bumi ini.
Skenario Allah SWT untuk menempatkan manu-sia di bumi ini adalah ketika Adam dan Hawa ditempatkan di syurga, Adam dan Hawa melanggar aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT, karena terbujuk oleh tipuan syaitan. Sehingga mereka dike-luarkan dari syurga dan disuruh menempati bumi.
Syaitan memang menaruh dendam pada manusia, karena kehadiran manusialah ia menjadi dikutuk Allah SWT sebagaimana dalam firman-firman-Nya :


Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat : “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
 (Al-A’raaf ayat 11)

Allah berfirman : “Apakah yang mengha-langimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu ? Menjawab Iblis : “Saya lebih baik dari padanya : Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.
 (Al-A’raaf ayat 12).

Allah berfirman : “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyom-bongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.
 (Al-A’raaf ayat 13).

Iblis menjawab : “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”.
 (Al-A’raaf ayat 14).
                       
Allah berfirman : “Sesungguhnya kamu terma-suk mereka yang diberi tangguh”.
 (Al-A’raaf ayat 15).

Iblis menjawab : “Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus”.
 (Al-A’raaf ayat 16).

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
 (Al-Araaf ayat 17).

(Dan Allah berfirman) : Keluarlah kamu dari syurga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka jahannam dengan kamu semuanya.
 (Al-A’raaf ayat 18).

Jadi pada dasarnya tujuan manusia hidup di dunia ini adalah perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat semula manusia (Nabi Adam A.S.) diciptakan yaitu syurga.

Hakekat hidup manusia di dunia.

Dengan mengetahui tujuan hidup manusia di dunia, maka perjalanan hidup kita sudah jelas, yaitu perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat semula manusia (Nabi Adam AS) diciptakan yaitu syurga. Agar perjalanan hidup di dunia ini tabah dan kuat dalam menghadapi rintangan-rintangan,  cobaan-cobaan dan ujian-ujian, maka perlu mengetahui dan meresapi hakekat hidup manusia di dunia. Rintangan-rintangan adalah godaan-godaan yang datangnya dari syaitan sebagai-mana yang tertera dalam ayat tersebut diatas (Al-A’raaf ayat 16), untuk mengganggu manusia dari jalan yang lurus. Cobaan-cobaan dan ujian-ujian datang dari Allah SWT untuk menguji keimanan manusia, sebagaimana firmanNya :

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(Al-Baqoroh ayat 214).

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.
 (Ali-Imron ayat 142).

Firman-firman tersebut menunjukkan, bahwa manusia di dalam menjalani hidup di dunia ini akan menerima cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah SWT. Di kala cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah SWT datang menimpa manusia disitulah syaitan menggoda manusia dengan segala cara, meng-ganggu manusia dari jalan yang lurus agar ingkar pada Allah SWT.
Manusia itu mahluk yang lemah yang rentan terhadap godaan syaitan yang menggodanya dari segala arah dan segala cara. Namun demikian Allah SWT menyayangi manusia, sehingga dalam perja-lanan hidupnya Allah SWT selalu memberi petunjuk-petunjuk-Nya sebagaimana firman-Nya :

Kami berfirman : Turunlah kamu semua dari syurga itu ! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
 (Al-Baqoroh ayat 38).

Firman tersebut menunjukkan, bahwa manusia mudah tergoda oleh godaan-godaan syaitan yang akan membawa manusia pada keingkaran pada Allah SWT. Namun demikian firman tersebut juga me-nunjukkan kasih sayang-Nya pada manusia yaitu dengan memberi petunjuk-Nya sekaligus ujian bagi manusia.
Memang demikian dari zaman ke zaman Allah SWT selalu memberi petunjuk-petunjuk kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya, agar manusia menjalani hidup di dunia ini sebagai mahluk-Nya untuk selalu menyembah-Nya, sebagai mana firman-firman-Nya :

Katakanlah : “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia”.
(An-Naas ayat 1)

Raja manusia.
(An-Naas ayat 2)

Sembahan Manusia
 (An-Naas ayat 3)
dari  kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
(An-Naas  ayat 4)

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
(An-Naas ayat 5)

dari (golongan) jin dan manusia.
(An-Naas ayat 6)

 Petunjuk yang terakhir yang menyempurnakan petunjuk-petunjuk-Nya melalui utusan-utusan-Nya yang lebih dulu adalah melalui Rasulullah Nabi Muhammad SAW dengan firman-firman-Nya yang tertuang dalam Kitab Suci Al-Qur’an.

Jadi hakekat hidup manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Allah S.W.T., untuk taat pada perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
.



BAGIAN3

Perjalanan Hidup Manusia 

Tadi sudah dikatakan bahwa dalam perjalanan  hidupnya di dunia  manusia akan mendapat cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah SWT. Di saat Allah SWT  menimpakan cobaan-cobaan dan ujian-ujian itu pada seseorang, maka disitulah syaitan  menggoda-nya dengan segala cara dan dari segala arah untuk mempengaruhi orang tersebut agar ingkar kepada Allah SWT.
Disitulah  akal manusia yang berperan, yaitu untuk berpikir, apakah akan taat pada Allah SWT dengan mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya, ataukah akan ingkar pada Allah SWT dengan mengikuti bujukan-bujukan syaitan ?  Dalam hal ini Allah SWT tidak ikut campur, Allah SWT menyerahkan kepu-tusan pada orang tersebut. Pilihan orang tersebut itulah justru yang dinilai oleh Allah SWT.
Cobaan dan ujian dari Allah SWT itu ditimpakan pada setiap manusia pada setiap waktu dan setiap saat. Dan disitulah manusia harus menentukan pilihannya dalam nuansa yang selalu tidak lepas dari godaan-godaan syaitan yang membujuk kearah keingkaran pada Allah SWT.

Antara ketentuan Allah S.W.T.  dan usaha manu-sia

Sekarang bagaimanakah manusia dalam menja-lani kehidupan ini ? Mari kita coba mengkaji firman-firman Allah SWT sebagai berikut.

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 
(Al-Hadiid ayat 22


(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membang-gakan diri, 
(Al-Hadiid ayat 23)



(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi  Maha terpuji.(Al-Hadiid ayat 24)



Firman-firman tersebut menjelaskan bahwa apa yang terjadi di bumi dan pada diri manusia sudah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh).  Kalau tidak dikaji secara mendalam dengan menghubungkannya dengan fiman-firman Allah yang lainnya, hal ini akan membawa pada keapatisan hidup (hidup pasip, hidup nrimo), buat apa berusaha keras kalau toh sudah ditentukan ? Padahal  Allah SWT pun berfirman :

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghen-daki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. 
(Ar-Ra’d ayat 11)


Firman ini menjelaskan bahwa Allah S.W.T. tidak akan merobah keadaan diri seseorang apabila orang itu tidak merobah dirinya sendiri.

Firman Allah S.W.T. yang lain :

Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menim-pamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul  kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. 
(An-Nisaa’ ayat 79)



Firman ini menjelaskan bahwa bencana yang menim-pa seseorang adalah merupakan kesalahan dari orang bersangkutan.

Firman-firman tersebut menunjukkan adanya usaha-usaha manusia, di mana Allah SWT menye-rahkannya pada manusia.

Lalu bagaimana perjalanan hidup manusia ini, apakah telah ditetapkan (tidak ada kebebasan) atau-kah manusia diberi kebebasan ?
Inilah yang telah lama menjadi pertentangan-pertentangan dan telah menyebabkan dua pendapat yaitu Jabariah (manusia ditetapkan) dan Qodariyah (manusia diberi kebebasan).

Saya sendiri setelah lama mencaricari dan merenungi kalam-kalam Illahi baik yang tersurat maupun yang tersirat, sesuai dengan kemampuan dan wawasan saya, memperoleh suatu gambaran, paling tidak untuk diri saya sendiri dalam berpe-gangan hidup, yang selama ini terombang ambing kebingungan, harus bagaimana saya bersikap dalam hidup ini.
Mengapa saya sampai berpikiran seperti itu. Hal ini karena saya menginginkan khususnya diri saya sendiri sebagai seorang Muslim, umumnya mengajak Umat Islam, menjadi orang-orang yang dinamis, bukan orang-orang yang statis apalagi apatis. Kalau sekarang sudah dinamis, maka akan lebih dinamis lagi.
Untuk mencapai itu saya atau kita harus mengerti tujuan hidup manusia di dunia, hakekat hidup manu-sia serta bagaimana seharusnya manusia berpola pikir dan berpola tindaknya .

Ilmu komputer sebagai kiasan.

Zaman sekarang adalah zaman komputer. Penggunaan komputer telah merasuk keberbagai bidang ilmu, sebagai sarana untuk mempercepat pekerjaan dan mencapai hasil yang akurat serta efisien. Perkembangan teknologi komputer yang pesat, informasi menjadi lebih cepat, dunia menjadi lebih terbuka.
Ilmu komputer adalah ilmu Allah SWT yang telah dapat diserap oleh akal manusia,  sebagai hasil dari iqro manusia terhadap kalam-kalam Illahi. Kita harus bersyukur pada Allah SWT dengan diketemukannya ilmu komputer yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Disini saya bukan untuk menjelaskan ilmu kom-puter dari segi ilmunya, akan tetapi  mencoba me-ngambil filosopinya untuk mengkiaskan tentang di mana manusia diberi kebebasan oleh Allah SWT dalam menjalani kehidupannya di dunia.  Kebebasan yang pilihannya akan dinilai oleh Allah SWT.

Apabila memperhatikan “flow chart” dari suatu program komputer, maka akan telihat  alur-alur proses, di mana pada setiap alur proses akan terdapat titik-titik (posisi-posisi) berisi pertanyaan yang jawabannya hanya dua yaitu “Ya” atau “Tidak”. Apabila dipilih “Ya” maka proses akan mengikuti  sesuai dengan alur “Ya”. Apabila dipilih  “Tidak”, maka proses akan mengikuti sesuai alur “Tidak”.
Pada titik-titik pertanyaan itulah para pemakai program harus memasukkan “input” (memasukkan data) yang akan menentukan alur proses. Proses itu sendiri dijalankan oleh komputer. Si pemakai program tidak ikut dalam proses, hanya memberi “input” saja. Apabila “input”nya benar maka akan menghasilkan “output” (hasil) yang benar. Apabila “input”nya salah maka akan menghasilkan “output” yang salah.
Apabila si pemakai program tidak mengerti apa yang harus dikerjakan dalam meng”input”, maka dia harus membaca buku manual yang selalu disediakan oleh pembuat program agar pemakai program lancar dalam memakai programnya. Apabila masih belum mengerti juga, maka ia harus berusaha menanyakan langsung pada pembuat program  melalui tilpon atau internet. Namun demikian biasanya buku manual dibuat sedemikian agar mudah dimengerti oleh pemakai program, sehingga menjadi panduan bagi para pemakai program.

Apabila uraian diatas sebagai kiasan tentang di manakah manusia diberi kebebasan oleh Allah SWT? Maka jawabannya adalah dalam meng”input” yang pilihannya hanya dua yaitu taat  atau ingkar. Sedang prosesnya setelah manusia menentukan pilihannya adalah kekuasaan Allah SWT.
Pilihan taat sudah tentu sesuai dengan tuntunan yang telah di ajarkan Allah SWT melalui firman-firman-Nya yang tertuang dalam Al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasulullah Nabi Muhammad S.A.W. Pilihan taat ini sudah tentu akan mendapat ridho Allah S.W.T.  dan hasilnya (“output”nya) akan baik (benar/ bermanfaat).
Sedangkan pilihan ingkar sudah tentu tidak sesuai dengan tuntunan-Nya dan sudah tentu tidak akan mendapat ridho-Nya. Hasilnyapun (“output”) akan tidak baik (salah/merugikan).
Agar dalam menentukan pilihan kita itu sesuai dengan tuntunan-Nya yaitu taat, maka kita harus sering membaca (mengkaji) Al-Qur’an dan Al-Hadist. Apabila masih ada keresahan (belum mengerti) maka kita harus sering melakukan sholat-sholat sunat yang telah diajarkan selain sholat-sholat fardhu, seperti sholat tahajud, sholat istikhoroh, sholat hajat, sholat dluha, sholat taubat dan lain-lain untuk memohon petunjuk langsung, memohon hidayah-Nya.

Ilmu komputer hanya sebagai kiasan untuk memberi gambaran tentang dua firman Allah SWT yang selama ini menjadi keresahan (bertanya-tanya) bagi diri saya, karena sulit untuk saya mengerti, yaitu :

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 
(Al-Hadiid ayat 22)


Memang semuanya sudah tertulis dalam kitab. Kalau bahasa komputernya sudah tertulis dalam program.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. 
(Ar-Ra’d ayat 11)


Menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri seseorang tergantung pola pikir dan pola tindak yang bersangkutan.  Bahasa komputernya adalah “input” nya. “Input” yang benar akan meng-hasilkan “output” yang benar, “input” yang salah akan menghasilkan “output”  yang salah.

Setelah manusia memilih (taat atau ingkar), prosesnya adalah kuasa Allah SWT. Bahasa kompu-ternya adalah proses komputer.

Kalau manusia mampu menguasai ilmu komputer yang canggih, apalagi Allah SWT menguasai yang lebih dari itu.
Subhanallaah walhamdulillaah walaa ilaaha ilallaahu  Allahu akbar.

Uraian diatas hanyalah kiasan sebagai gambaran  untuk menjelaskan korelasi (hubungan) antara keten-tuan Allah SWT dan usaha manusia, agar mudah dimengerti dan ditangkap oleh akal manusia, yaitu manusia hanya diberi kebebasan untuk memilih antara taat atau ingkar, di luar itu adalah kuasa Allah S.W.T.

 Yang sebenarnya hanya Allah SWT lah  Yang Maha Tahu.

Subhanallaah walhambulillaah walaa ilaaha ilallaahu Allahu akbar, hamba mohon ampun kepada-Mu, hamba mohon petunjuk-Mu dan limpahkanlah rakhmat-Mu pada hamba yang hina ini.


Qolbu.

Setelah mendapat gambaran tentang korelasi (hubungan) antara ketentuan Allah SWT dan usaha manusia, maka kita akan mengerti bagaimana kita seharusnya menyikapi hidup ini.
Unsur yang penting yang ada dalam diri manusia  dalam menentukan pilihan taat atau ingkar adalah qolbu.  Qolbu yang bersih akan menentukan pilihan taat kepada Allah SWT, sedangkan qolbu yang kotor akan cenderung pada pilihan ingkar pada Allah SWT.
Qolbu yang bersih akan menghasilkan pola pikir yang positip, seperti selalu optimis, percaya diri, bersikap dinamis, jujur, pemurah, tidak emosional, tidak iri dan lain sebagainya. Sedangkan qolbu yang kotor akan menghasilkan pola pikir yang negatip,  seperti pesimis, tidak percaya diri, bersikap statis, tidak jujur,  kikir, emosional, iri dan lain sebagainya.
Oleh karena itu untuk memperoleh pola pikir yang positip, kita harus selalu memelihara qolbu ini tetap bersih. Bersih dan kotornya qolbu ini sangat dipe-ngaruhi oleh nafsu yang ada pada diri manusia. Nafsu yang dipengaruhi oleh godaan-godaan syaitan akan mengotori qolbu. Memang syaitan melihat kelemahan manusia pada unsur nafsu ini, sehingga dia meng-goda manusia lewat nafsu ini.

Segala kebutuhan manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya di dunia telah disediakan (dite-tapkan) oleh Allah SWT, rizkinya, jodohnya dan lain sebagainya, manusia tinggal menyongsongnya. Untuk menyongsongnya tergantung kepekaan diri manusia yang sangat dipengaruhi oleh pola pikirnya, dimana pola pikir manusia itu sendiri sangat dipe-ngaruhi keadaan qolbunya, apakah bersih, kotor atau buram. Keadaan qolbunya itu sendiri sangat dipe-ngaruhi oleh nafsu yang ada pada diri manusia.
Oleh karena itu manusia harus pandai mengelola nafsu ini. Al-Qur’an telah memberikan tuntunan agar manusia dapat mengelola nafsu ini dengan baik. Diantaranya adalah dengan selalu bersikap sabar dan selalu bersyukur pada Allah SWT.






BAGIAN 4

Bersabar Dan Bersyukur Sebagai Fondasi Ketahanan Diri


Berdoa sebagai perwujudan kelemahan manusia.

Pada dasarnya manusia hidup di dunia ini ialah perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat semula manusia (Nabi Adam AS) diciptakan yaitu syurga. Kemampuan manusia itu angatlah terbatas, walaupun  ia dianugerahkan akal untuk berpikir. Karena keterbatasannya ini manusia memerlukan pertolongan Allah SWT di dalam perja-lanan hidupnya di dunia. Berdo’a adalah suatu sarana untuk memohon pertolongan Allah SWT  sebagaima-na dalam firman-Nya :

Dan Tuhamu berfirman : “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang me-nyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina”. 
(Al Mu’min ayat 60)


Dan Allah S.W.T. tidak akan memperhatikan hamba-Nya, apabila hamba-Nya tidak melakukan ber-do’a, sebagaimana firman-Nya :

“Katakanlah (kepada orang-orang musyrik) : Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melain-kan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)”. 
(Al Furqon ayat 77)

Apabila kita kaji, mengapa Allah SWT menyu-ruh manusia untuk berdo’a kepada-Nya. Hal itu me-nunjukkan, bahwa manusia itu lemah, kemampuan manusia itu sangat terbatas. Allah SWT Maha Penyayang, Dia akan memperkenankan permintaan manusia yang meminta kepada-Nya. Yang perlu dikaji adalah bagaimanakah agar do’a (permintaan) kita diperkenankan-Nya.

Sabar.

Allah SWT telah memberikan tuntunan kepada manusia agar do’anya diperkenankan-Nya, seba-gaimana firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. 
(Al-Baqoroh ayat 153)
                      
Apabila kita renungi dan kita hayati, maka sabar adalah mengendalikan nafsu untuk dapat menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT dengan sikap rasa penuh keikhlasan dan tabah. Nafsu yang tidak terkendali akan menjerumuskan manusia ke dalam kerugian, bahkan kehinaan. Nafsu diberikan Allah SWT kepada manusia dalam menjalani hidup di dunia ini. Nafsu dapat memberikan kebaikan, maupun keburukan bagi manusia tergantung manusia menge-lolanya.
Ibaratnya adalah kita diberi air sungai. Air sungai itu dapat memberi manfaat maupun bencana. Apabila air sungai itu dikelola dengan baik, maka air itu akan bermanfaat, misalnya untuk air minum, untuk keperluan irigasi, untuk keperluan pembangkit te-naga listrik dan lain sebagainya. Namun apabila air sungai itu tidak dikelola dengan baik, maka air sungai itu dapat menimbulkan bencana, seperti banjir.
Syaitan melihat celah kelemahan manusia pada unsur nafsu ini. Syaitan menggoda manusia agar nafsu manusia mengarah pada yang merugikan manusia yang menjurus pada keingkaran kepada Allah SWT. Gemerlapnya kekayaan dan terhor-matnya kedudukan, maupun kesuraman kemiskinan dan terhinanya kepapaan merupakan nuansa yang dapat dipengaruhi oleh nafsu.
Asumsi akan nikmatnya hidup dalam  gemerlap-nya kekayaan dan terhormatnya kedudukan me-nyebabkan manusia bernafsu untuk mencapainya.
 Asumsi pahitnya hidup dalam kesuraman kemiskinan dan terhinanya kepapaan menyebabkan manusia bernafsu untuk menghindarinya.
Saya menggunakan kata “asumsi” karena kekayaan dan kedudukan, maupun kepahitan dan kepapaan hanya merupakan nuansa hidup yang sarat dengan fatamorgana di mana manusia terbatas kemampuan untuk mencernanya. Hidup dalam gemerlapnya kekayaan dan terhormatnya kedudukan belum tentu memberikan ketentraman dan kete-nangan batin. Sebaliknya hidup dalam  kemiskinan dan kepapaan belum tentu tidak memberikan ketentraman dan ketenangan batin. Ketentraman dan ketenangan batin ada di hati manusia, tergantung bagaimana manusia  mengelola nafsunya.
Allah SWT menyuruh orang beriman untuk mencari perolongan dengan sabar dan mengerjakan sholat. Dengan sabar, nafsu dapat dikendalikan sehingga dapat dengan ikhlas menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT. Kondisi ini akan membawa manusia untuk dapat berpikir dengan jernih. Dengan pikiran yang jernih, maka nafsu manusia dibawa ke arah pola pikir yang positip,  ke arah kebaikan, sehingga pola tindaknyapun akan menjadi positip. Mengerjakan sholat artinya melak-sanakan perintah Allah S.W.T. Dalam sholat, kita melaksanakan dzikir dan berdo’a, sebagai perwu-judan dari pengakuan, bahwa kita ini lemah di hadapan Allah SWT.
Dikatakan juga,  bahwa Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Ini suatu kekuatan yang harus diyakini, bahwa sikap sabar akan membawa kedekatan pada Allah SWT. Hal ini tentu akan memudahkan untuk memohon pertolongan-Nya. Kita harus yakin do’a kita akan diperkenankan oleh Allah SWT, sebagaimana firmanNya :

“Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. 
(Al-Baqoroh ayat 186).



Namun demikian Allah SWT menyeru, bahwa kita jangan meminta supaya dicepatkan, seperti dalam firman-Nya :

“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera”.
(Al-Anbiya ayat 37

Kalau direnungi, mengapa demikian ? Hal ini karena Allah SWT telah menetapkan ketentuan-ketentuan-Nya. Pertolongan Allah S.W.T. kepada kita tetap melalui ketentuan-ketentuan-Nya. Apabila seseorang ingin menguasai suatu ilmu, maka ia harus belajar dengan giat dan rajin mengenai ilmu tersebut. Apabila seseorang ingin kaya, maka ia harus giat berusaha untuk memperoleh kekayaan dengan sebanyak-banyaknya.

Allah S.W.T. berfirman :

Dan masing-masing orang memperoleh dera-jat-derajat (seimbang) dengan apa yang diker-jakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. 
(Al-An’aam ayat 132)

 Orang akan memperoleh sesuatu tergantung usaha yang dikerjakannya. Makin tekun dan giat usahanya, maka makin banyak yang diperolehnya. Sedikit usahanya sedikit pula yang diperolehnya. Perlu diketahui,  usaha manusia itu menggunakan tenaga dan pikiran. Namun kadar keduanya itu untuk tiap orang dapat berbeda. Ada orang yang usahanya banyak menggunakan tenaga tapi sedikit menggu-nakan pikiran. ada juga orang yang usahanya itu menggunakan sedikit tenaga dan banyak meng-gunakan pikiran. Semua itu tergantung dari kemam-puan masing-masing orang.

Bersyukur.

Allah SWT  di samping menyuruh orang  untuk bersabar, juga menyuruh orang untuk selalu bersyukur. Kepada orang yang selalu mensyukuri karunia Allah SWT,  maka Allah SWT akan me-nambah karunia-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya :

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema’lumkan :  “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu menging-kari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. 
(Ibrahim-ayat 7)

Syukur adalah mengendalikan nafsu untuk menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT dengan sikap rasa berterimakasih kepada-Nya. Kita pada umumnya bersyukur pada apa yang kita terima yang sifatnya menyenangkan saja.  Hal ini tidaklah salah dan memang harusnya begitu. Namun lebih utama lagi apabila apa yang kita terima, baik menyenangkan maupun tidak, seharusnya kita mensyukuri, karena semua itu sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Sebenarnya Allah SWT menciptakan segala sesuatu tidaklah sia-sia, pasti ada manfaatnya, sebagaimana firmanNya :


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. 
(Ali-Imron ayat 190)

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. 
(Ali-Imron ayat 191)

Apa yang diciptakan Allah SWT pasti ada manfaatnya. Manusia itu sendiri yang harus mencari manfaatnya. Itulah antara lain gunanya manusia diberi akal. Dan itulah pula bersyukur yang dinamis, tidak saja dengan ucapan akan tetapi akan ditindak-lanjuti dengan mendinamisasikan hikmah atau manfaat-manfaat yang terkandung dalam apa yang kita terima, baik menyenangkan maupun tidak. Dengan demikian Allah SWT akan memberikan atau menambah karunia-Nya.

Bersabar dan bersyukur pada setiap kondisi.

Apabila dikaji, direnungi secara mendalam, pada dasarnya sikap sabar dan sikap selalu bersyukur mempunyai tujuan yang sama yaitu mengendalikan nafsu untuk dapat menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah S.W.T. Namun penerapannya tergantung pada kondisi saat menerima apa yang menjadi ketentuan Allah SWT yang menimpa diri manusia. Sabar, penerapannya lebih ditekankan pada kondisi di mana manusia menerima apa yang menjadi ketentuan Allah SWT yang tidak menyenangkan manusia, seperti tertimpa musibah. Sedangkan syukur, penerapannya lebih ditekankan pada kondisi di mana manusia menerima apa yang menjadi ketentuan Allah SWT yang menyenangkan diri manusia, seperti memperoleh kekayaan yang melimpah.
Apabila kita hayati mengenai tujuan dari sikap sabar dan sikap bersyukur, yaitu mengendalikan nafsu untuk dapat menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah  SWT yang telah dan sedang menim-pa kita, maka pada setiap kondisi yang kita terima, baik menyenangkan maupun tidak, haruslah disikapi dengan sabar dan bersyukur.
Dalam kondisi yang tidak menyenangkan sikap sabar sangat diperlukan, namun demikian kita harus tetap bersyukur, karena bagaimanapun kondisi yang terjadi pasti ada hikmah yang perlu disyukuri.
Dalam kondisi yang menyenangkan,  sikap bersyukur sangatlah diperlukan sebagai rasa terima kasih, namun demikian haruslah tetap bersabar, karena bagaimanapun gejolak nafsu dalam kondisi kesenangan kalau tidak waspada akan dapat menje-rumuskan manusia kelembah kerugian/ kehinaan.
Sikap sabar dan bersyukur merupakan perwu-judan dari kepasrahan dan keikhlasan untuk mene-rima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT.  Namun bagaimanakah agar sikap sabar dan ber-syukur ini selalu dimiliki kita. Kalau ditafakuri, apa  yang telah menjadi ketentuan Allah SWT yang menimpa kita bagaimanapun tidak dapat ditolak, kita tetap harus menjalaninya, tidak bisa tidak. Sikap kita terhadap apa yang menimpa kita itulah yang dinilai Allah SWT, apakah disikapi dengan keikhlasan dan kepasrahan ataukan disikapi dengan sikap yang dipengaruhi nafsu yang tidak terkendali, seperti mengeluh,  marah, menyesal dalam hal yang menim-pa kita tidak menyenangkan; dan sombong, takabur dalam hal yang menimpa kita itu menyenangkan.
Oleh karena itu alangkah ruginya, apabila kita menyikapi apa yang menimpa kita tidak dengan sikap sabar dan besyukur, karena bagaimanapun itu tidak dapat ditolak dan tetap terjadi. Kepasrahan dan keikhlasan untuk menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT yang menimpa kita diwujudkan dengan sikap sabar dan bersyukur, itulah kuncinya.
Refleksi dari sikap sabar dan bersyukur adalah sikap terhadap apa yang menimpa kita, baik menyenangkan maupun tidak, kita selalu tenang. Dengan perkataan lain, untuk hal yang menimpa kita tidak menyenangkan kita tidak jengkel, tidak menggerutu,  tidak menyesal, tidak putus asa, tidak ada rasa iri dan  marah, tidak murung dan lain sebagainya. Dan untuk yang menimpa kita menye-nangkan, kita tidak sombong, tidak takabur, tidak lupa diri, tidak bangga yang berlebihan dan lain seba-gainya. Itulah yang perlu selalu kita ingat dan kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai perwujudan dari sikap sabar dan syukur.
Patut diingat dan diperhatikan, bahwa kepasrahan dan keikhlasan menerima apa yang telah ditentukan Allah SWT adalah kepada apa yang telah dan sedang terjadi. Sedangkan menghadapi yang akan terjadi di masa yang akan datang kita tetap wajib berusaha seoptimal mungkin. Yang akan terjadi di masa yang akan datang merupakan rahasia Allah SWT, kewajiban kita adalah berusaha seoptimal mungkin dan menyongsongnya.
Kepasrahan dan keikhlasan menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT adalah perwu-judan dari nafsu yang telah dapat dikendalikan. Manusia yang telah dapat mengendalikan nafsu, me-nyimpan kekuatan yang sangat berguna bagi manusia dalam menempuh hidupnya di dunia.





  BAGIAN 5

Menyongsong Hari-Hari Esok 



Apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, sedetik, semenit, sejam, sehari, sebulan, setahun dan seterusnya, tidak ada orang yang mengetahuinya. Apakah akan menyenangkan atau-kah akan menyedihkan.  Semua itu adalah rahasia Illahi. Kewajiban kita adalah menyongsongnya dengan penuh keikhlasan, sebagai cobaan dan ujian dari Allah SWT. Sikap kita terhadap apa yang terjadi menimpa kita baik menyenangkan maupun tidak, itulah yang akan dinilai oleh Allah SWT.  Pedoman kita sebagai umat Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Uraian-uraian diatas menjelaskan secara gam-blang tentang tujuan hidup manusia, hakekat hidup manusia dan korelasi (hubungan) antara ketentuan Allah SWT dan usaha manusia.
Pada dasarnya tujuan manusia hidup di dunia ini adalah perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat semula manusia (Nabi Adam AS) diciptakan yaitu syurga.
Hakekat hidup manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT, untuk taat pada perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Korelasi (hubungan) antara ketentuan Allah SWT dan usaha manusia adalah manusia hanya diberi kebebasan untuk memilih antara taat atau ingkar, di luar itu adalah kuasa Allah SWT.

Implementasi dalam setiap aktifitas.

Implementasi dari semua itu adalah setiap aktivitas kita di dunia akan dihadapkan pada dua pilihan, taat pada Allah SWT atau ingkar pada Allah SWT. Apabila pilhan kita adalah taat  pada Allah SWT berarti kita menyembah Allah SWT dan akan mendapat pahala. Sedangkan apabila kita memilih ingkar pada Allah SWT berarti kita tidak menyembah Allah SWT dan akan mendapat dosa.
Misalkan kita memperoleh jabatan di mana biasanya rentan terhadap penyelewengan-penye-lewengan. Apabila kita tidak melakukan penye-lewengan, maka itu menunjukkan kita taat kepada Allah SWT. yang berarti menyembah Allah SWT  dan akan mendapat pahala. Sedangkan apabila kita melakukan penyelewengan, maka itu menunjukkan kita ingkar pada Allah SWT yang berarti kita tidak menyembah Allah SWT dan akan  mendapat dosa.
Dalam hal kebersihan, sudah jelas dikatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Apabila kita melakukan pekerjaan untuk kebersihan, maka itu menunjukkan kita taat pada Allah SWT yang berarti kita menyembah Allah SWT dan akan mendapat pahala. Sedangkan apabila kita mengabai-kan kebersihan maka itu menunjukkan kita ingkar kepada Allah SWT yang berarti kita tidak menyem-bah Allah SWT dan akan mendapat dosa.
Apabila kita melihat tetangga kita dalam kesulitan lalu kita menolongnya, itu menunjukkan kita taat pada Allah SWT yang berarti kita menyembah Allah SWT dan akan mendapat pahala. Sedangkan apabila kita membiarkannya dalam kesulitan, itu menunjukkan kita ingkar pada Allah SWT yang berarti kita tidak menyembah Allah SWT dan akan mendapat dosa.

Pada dasarnya setiap aktivitas kita di dunia ini setiap saat, setiap waktu akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu taat kepada Allah SWT atau ingkar pada Allah SWT. Kita harus menyikapinya sebagai ibadah untuk menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT yang berarti kita menyembah Allah SWT. 



BAGIAN6


MENYONGSONG REZKI
 
Untuk dapat hidup, manusia perlu memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti makan, pakaian, tempat bernaung dan lain sebagainya. Oleh karena itu manusia sibuk berusaha untuk dapat memperoleh kebutuhannya tersebut.
Karena ketakutannya pada hari-hari esok, maka manusia sibuk  mencari kebutuhannya dengan sekuat tenaga dan menumpuknya. Bahkan ditambah sikap rakus manusia, dalam mencari kebutuhan hidupnya itu dengan melakukan berbagai cara bahkan dengan merugikan orang lain. Sehingga terjadilah perteng-karan-pertengkaran, penipuan-penipuan, pembunuh-an-pembunuhan dan lain-lain.
  Perilaku tersebut adalah perilaku binatang yang tidak sepantasnya terjadi pada manusia, karena manusia itu diberi akal dan manusia itu dilebihkan dari makhluk yang lainnya adalah karena akalnya.
Mengapa keadaan itu sering terjadi dalam kehidupan manusia adalah karena nafsu manusia yang dipengaruhi oleh syaitan. Memang syaitan melihat celah kelemahan manusia pada unsur nafsu ini.
Manusia yang dapat  mengendalikan nafsulah yang  akan terhindar dari perilaku seperti binatang. Pedomannya adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Dalam urusan rezki sudah ada pedomannya yang tertuang dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Allah SWT telah mengatur dan menjamin rezki makhluknya.


Ayat-ayat Al-Qur’an

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu.
             (Al-Baqoroh ayat 45).

(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhan-nya, dan bahwa mereka akan kembali pada-Nya
                         (Al-Baqoroh ayat 46).

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
                        (Al-Baqoroh ayat 153).


Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
                         (Al-Baqoroh ayat 186)

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
                          (Al-Baqoroh 261)

Dan perumpamaan orang-orang yang mem-belanjakan hartanya karena mencari keridhoan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
                         (Al-Baqoroh ayat 265)

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
                          (An-Nisaa’ ayat 100)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
(Al-Maaidah ayat 35)


Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhan-mu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
(Al-An’aam ayat 132)

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
(Al-A’raaf ayat 58)


Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni’mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,
(Al-Anfaal ayat 53)


dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesung-guhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa kiamat.
(Huud ayat 3)

Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).
(Ar-Ra’d ayat 26)

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema’lumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyu-kur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(Ibrahim ayat 7)

Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.
(Ath-Thalaaq ayat 2)

Dan memberikan rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguh-nya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(At-Thalaaq ayat 3)

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkit-kan.
(Al-Mulk ayat 15

“Apabila telah ditunaikan sholat, maka berte-baranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”
(Al-Jumu’ah ayat 10)

Sesungguhnya Tuhan-mu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyem-pitkannya;  sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
(Al-Israa’ ayat 30)

Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (ni’mat).
(Al-Furqaan ayat 50

Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.
(Al-Qashash ayat 73)

Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyem-pitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Al-Ankabuut ayat 62)

Katakanlah : “Sesungguhnya Tuhanku melapang-kan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah yang menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
(Saba ayat 39)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
(Faathir ayat 29)



agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
(Faathir ayat 30)

Dan Tuhanmu berfirman : “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang menyombongkan dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
(Al-Mu’min ayat 60)

Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyak-an manusia tidak bersyukur.
(Al-Mu’min aya 61)

Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.
(Asy-Syuura ayat20)

Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melam-paui batas di muka bumi, tetapi Allah menurun-kan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.
(Asy-Syuura ayat 27)

Dan Dia-lah yang menurunkan hujan sesudah berputus asa dan menyebarkan rahmatnya. Dan Dia-lah Yang Maha Pelindung lagi Maha terpuji.
(Asy-Syuura ayat 28)

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.
(Al-Ahqaaf ayat 19)

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (ke-kuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin,
(Adz-Dzaariyaat ayat 20)
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan ?
(Adz-Dzaariyaat ayat 21)

Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.
(Adz-Dzaariyaat ayat 22)


Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhan-mu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri,
(Ath-Thuur ayat 48)

dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).

(Ath-Thuur ayat 49)
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.
(Al-Hadiid ayat 18)

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
(Al-Jumu’ah ayat 10)


Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
(Alam Nasyrah ayat 5)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Alam Nasyrah ayat 6)

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),  kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
(Alam Nasyrah ayat 7)

Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.
(Alam Nasyrah ayat 8)



Hadits-hadits Qudsi

Allah SWT berfirman kepada para malaikat yang diserahi urusan rezki bani Adam : “Hamba manapun yang kalian dapati cita-citanya hanya satu (yaitu semata-mata untuk akhirat), jaminlah rezkinya di langit dan di bumi. Dan hamba manapun yang kalian dapati mencari rezkinya dengan jujur karena berhati-hati mencari keadilan, berilah dia rezki yang baik dan mudahkanlah baginya. Dan jika ia telah melampaui batas kepada selain itu, biarkanlah dia sendiri mengusahakan apa yang dikehendakinya. Kemu-dian dia tidak akan mencapai lebih dari apa yang telah Aku tetapkan untuknya”
(HQR Abu Naim dari Abu Hurairah r.a.)

Wahai hamba-hamba-Ku ! Aku telah berikan kurnia kepada kalian dan Aku telah meminta hutang, pinjaman atau kridit dari kalian. Barangsiapa yang telah memberikan sesuatu kepada-Ku dari apa yang telah Ku- kurniakan itu dengan ta’at, niscaya Ku-segerakan (membalasnya) dalam waktu singkat (dunia) dan Ku-simpan baginya untuk waktu mendatang (akhirat). Tetapi barangsiapa yang Ku-ambil daripadanya sesuatu yang telah Ku-berikan itu secara paksa, namun ia bersabar dan berusaha dengan ikhlas karena Allah, niscaya Ku-wajibkan pemberian hadiah dan rahmat-Ku baginya, Ku-catatkan bahwa dia termasuk orang yang dapat petunjuk, dan Ku-perbolehkan dia menikmati pandangan kepada-Ku.
(HR. Rafi’I dari Abu Hurairah r.a)

Allah Tabaraka wata’ala berfirman (Hadits Qudsi) : “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepa-damu”
(HR. Muslim)

Seseorang yang telah aku Kurniai badan yang sehat dan rezki yang lapang, namun tidak mau bertamu kepada-Ku setelah empat tahun, sesungguhnya ia terlarang untuk mendapat pahala dari sisi Allah SWT.
(HQR. Thabarani dalam Kitab al-Ausath dan Abu Ya’la dari Abud-Darda r.a.)


Allah telah memberikan wahyu kepada Daud : “Demi keagungan-Ku setiap hamba yang menggantungkan diri kepada-Ku, tanpa bergan-tung kepada mahluk-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) dan ditipu oleh siapa pun yang ada di langit dan bumi, pasti Aku beri jalan ke luar baginya dari tipu muslihat itu. Dan setiap hamba yang menggantungkan diri kepada mahluk, tanpa bergantung kepada-Ku (yang Ku-ketahui dari niatnya) Aku putuskan rezkinya dari langit, dan Aku tetapkan kehancurannya. Dan setiap hamba ta’at kepada-Ku, pasti Aku mengurniainya sebe-lum meminta kepada-Ku, dan mengabulkannya sebelum berdoa kepada-Ku, serta mengampuninya sebelum minta ampunan kepada-Ku.
(HQR Tamam, Ibnu ‘Asakir dan dailami dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik yang bersumber dari bapaknya)


Wahai Dunia ! Berhidmatlah kepada orang yang telah berhidmat kepada-Ku, dan perbudaklah orang yang mengabdi kepadamu.
(HQR. Al-Qudla’I yang bersumber dari Ibnu Mas’ud r.a.)

Wahai bani Adam ! Pindahkanlah simpananmu kepada-Ku dan janganlah habis karena kebakaran, kebanjiran dan bukan pula karena kecurian. Aku akan memberikannya kembali (tunai) kepadamu, bilamana engkau sangat memerlukannya.
(HQR. Baihaqi, mursal yang bersumber dari al-Hasan. Al-Hafid al Mundziri berkata : “hadits ini diriwayatkan juga oleh at-Thabarani dan Baihaqi, ia mursal.”Wallahu A’lam)


Wahai bani Adam ! Lakukanlah infaq, pasti Aku akan limpahkan kurnia kepadamu. Sesungguhnya Yaminullah (gudang ni’mat dan kelebihan-Nya), sangat penuh berlimpah ruah, tidak akan susut sedikitpun siang ataupun malam.
(HQR Daraquthni yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)



Hadits-hadits Rasulullah Nabi Muhammad SAW

Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah, dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah dia beristighfar kepada Allah. Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah mengucapkan “Laa haula walaa Quwwata illaa billaahi A’liyyil A’dhiim (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan serta Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar)
(HR. Baihaqi dan Ar-rabii’)

Allah memberi rezki kepada hamba-Nya sesuai dengan kegiatan dan kemauan kerasnya serta ambisinya.
(HR. Aththusi)


Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rezki.
(HR. Athabrani)

Bangunlah pagi hari untuk mencari rezki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barokah dan keberuntungan.
(HR. Athabrani dan Al-Bazzar)

“Turunkanlah (datangkanlah) rezkimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh”.
(HR. Athhabrani)

“Allah mengkhususkan pemberian kenikmatan-Nya kepada kaum-kaum tertentu untuk kemas-lahatan umat manusia. Apabila mereka membe-lanjakannya (menggunakannya) untuk kepen-tingan manusia maka Allah akan melestarikannya namun bila tidak, maka Allah akan mencabut kenikmatan itu dan menyerahkannya kepada orang lain”.
(HR. Athabrani dan Abu Dawud)

“Tiada suatu kaum menolak mengeluarkan zakat  melainkan Allah menimpa mereka dengan paceklik (kemarau panjang dan kegagalan panen)”
(HR. Athabrani)

“Apabila dibukakan bagi seseorang pintu rezki maka hendaklah dia melestarikannya (jangan suka berpindah-pindah ke pintu-pintu rezki lain atau berpindah-pindah usaha)”.
(HR. Al Baihaqi)

Sesungguhnya rezki mencari seorang hamba sebagaimana ajal mencarinya.
(HR. Athabrani)

Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta maka pergunakanlah (makanlah) dan sedekah-kanlah sebagiannya.
(HR. Muslim)

Pokok segala urusan ialah Al-Islam dan tiangnya adalah sholat dan puncaknya (atapnya) adalah berjihad.
(HR. Attirmidzi)

Barangsiapa meninggalkan sholat Ashar dengan sengaja maka Allah akan menggagalkan amalan-nya (usahanya).
(HR.Al Bukhari)


Allah Tabaraka wata’ala berfirman (hadits Qudsi) : “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.
(HR. Muslim)

Barangsiapa ingin do’anya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain.
(HR. Ahmad)

Abu Dzarr ra berkata bahwa beberapa sahabat Rasulullah SAW berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang yang banyak hartanya memperoleh lebih banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Nabi SAW lalu berkata, “Bukankah Allah telah memberimu apa yang dapat kamu sedekahkan ? tiap-tiap ucapan tasbih adalah sodaqoh, takbir sodaqoh, tahmid sodaqoh, tahlil sodaqoh, amar makruf sodaqoh, nahi mungkar sodaqoh, bersenggama dengan isteri pun sodaqoh.”. Para sahabat bertanya, “Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala ?” nabi menjawab, “Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di tempat yang haram bukankah itu berdosa ?  Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala”.
(HR.Muslim)

                                   
Tiap-tiap amalan makruf (kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi embermu untuk diisikan ke mangkuk kawanmu.
(HR. Ahmad)
 Seorang hamba Aku sehatkan tubuhnya dan Aku perluas baginya mata pencahariannya dan berlalu lima tahun tidak berhaji kepada rumahku maka dia akan kehilangan (pemberian-Ku).
(HR. Ahmad)

Barangsiapa dibukakan baginya pintu kebaikan (rezki) hendaklah memanfaatkan kesempatan itu (untuk berbuat baik) sebab dia tidak mengetahui kapan pintu itu akan ditutup baginya.
(HR. Asyahab)

Seorang yang kurang amalan-amalannya maka Allah akan menimpakannya dengan kegelisahan dan kesedihan.
(HR. Ahmad)

Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari merkipun sedikit.
(HR. Al Bukhari)
Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.
(HR. Athabrani)

 Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharam-kan rezki baginya disebabkan dosa yang diperbuat-nya.
(HR. Atthirmidzi dan Al Hakim)

Barangsiapa memperbanyak istigfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezki dari arah yang tidak diduga-duganya.
(HR. Abu Dawud)

Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala shalat, sedekah atau haji namun hanya dapat ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah.
(HR. Athabrani)

Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril) membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezkinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharian-mu. Apabila datangnya rezki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya.
(HR. Abudzar dan Al Hakim)


Biarlah manusia saling memberi rezki kepada yang lainnya.
(Al Baihaqi)

Barangsiapa menerima kebaikan (pemberian) dari kawannya (saudaranya) tanpa diminta hendaklah diterima dan jangan dikembalikan. Sesungguhnya itu adalah rezki yang disalurkan Allah untuknya.
(HR. Al Hakim)

Apabila seorang meninggalkan doa bagi kedua orangtuanya maka akan terputus rezkinya.
(HR. Adailami)

Barangsiapa melakukan pemborosan (royal dan tabzir) maka Allah akan mencegahnya dari perolehan (rezki-nya).
(HR. Asysyihab)
Telah sukses orang yang beriman dan memperoleh rezki yang kecil dan hatinyapun akan disenangkan Allah dengan pemberian-Nya itu.
(HR. Muslim)

Barangsiapa ridho dengan rezki yang sedikit dari Allah maka Allah akan ridho dengan amal yang sedikit dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah.
(HR. Al Bukhari)

Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezki yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberian-Nya. Kalau dia tidak ridho dengan pemberian-Nya maka Allah tidak akan memberinya berkah.
(HR. Ahmad)

Apabila Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang hendaklah dia pergunakan pertama kali untuk dirinya dan keluarganya.
(HR. Muslim)






BAGIAN 7 

Memohon hidayah


Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas. Namun demikian nafsu yang ada di diri manusia itu dapat dipengaruhi oleh syaitan sehingga manusia kadang-kadang mempunyai keinginan yang di luar batas dan melanggar aturan-aturan yang telah dite-tapkan oleh Allah SWT.
Sebagai  Muslim kita tentu menginginkan kesela-matan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu kita harus selalu memohon hidayah-Nya agar aktifitas kita di dunia ini selalu dalam koridor aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya sehingga aktivitas kita akan mendapat ridho-Nya. Mengapa demikian ?
Sebagai kita ketahui bahwa kehidupan di dunia ini adalah menjalani cobaan dan ujian dari Allah SWT  untuk menentukan kwalitas ketakwaan kepada-Nya.
Namanya cobaan dan ujian tentu merupakan sesuatu yang memerlukan penyikapan yang hati-hati dan cermat. Cobaan dan ujian disajikan dalam berbagai kondisi, baik menyusahkan maupun menye-nangkan manusia.
Dalam kondisi yang menyusahkan, manusia akan berada dalam kondisi yang penuh tekanan, baik fisik maupun psykis, baik moril maupun materil, sehingga menimbulkan kegoyahan iman pada Allah SWT. Dalam kondisi ini syaitan akan menggunakan kesempatan untuk menggodanya. Disinilah manusia dituntut kehati-hatian dan kecermatan dalam menyi-kapinya.
Dalam kondisi yang menyenangkan, manusia akan berada dalam kondisi yang bernuansa penuh dengan kerentanan akan kealpaan, sehingga menim-bulkan lupa diri dan menjauhi keimanan pada Allah SWT. Dalam kondisi ini syaitan akan menggunakan kesempatan untuk menggodanya. Disinilah manusia dituntut kehati-hatian dan kecermatan dalam menyi-kapinya.

Sesungguhnya aturan-aturan sebagai pedoman hidup telah tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Namun demikian dalam menjalankannya dituntut kehati-hatian dan kecermatan karena bagaimanapun medan yang akan ditempuh penuh dengan lika-liku baik menyusahkan maupun menyenangkan. Manu-sia dituntut menggunakan akalnya untuk menjalani cobaan dan ujian itu, karena manusia dilebihkan oleh Allah SWT dari mahluk lainya adalah karena manusia dianugrahi akal.

Sebagai contoh adalah kita berada di tempat A harus menuju ke tempat B. Banyak jalan yang dapat ditempuh dari tempat A ke tempat B. Akan tetapi hanya ada satu jalan yang paling dekat jarak tem-puhnya yaitu jalan lurus dari tempat A ke tempat B. Untuk itu maka sebelum perjalanan dilakukan, se-baiknya dan seharusnya adalah membuka lembar peta yang memuat tempat A dan tempat B.
Pada peta tersebut tariklah garis lurus dari titik A ke titik B. Itulah jalan yang paling dekat jarak tempuhnya. Apakah dengan ini sudah cukup ? Tentu saja belum, namun paling tidak sudah ada gambaran tahap awal bahwa jalan yang terdekat jarak tem-puhnya adalah jalan garis lurus  dari titik A ke titik B itu.
Setelah mengetahui jalan lurus yang harus ditempuh, kita perlu mengetahui gambaran medannya yang akan dilalui. Dari peta tersebut akan diketahui gambaran medan yang akan dilalui dalam jalan yang lurus itu. Misalnya akan menemui jalanan datar, jalanan terjal, sungai, bukit, gunung, lembah, perkam-pungan dan lain-lainnya.
Apakah manfaatnya mengetahui gambaran tersebut ? Tentu saja manfaatnya adalah untuk mem-persiapkan diri sebagai bekal untuk menempuh perjalanan tersebut. Mempersiapkan diri dalam meng-hadapi medan tersebut, kalau menemui sungai harus bagaimana, kalau menemui gunung harus bagai-mana, kalau menemui perkampungan harus bagai-mana, kalau menemui jalan datar harus bagaimana,                      kalau menemui jalan terjal harus bagaimana, dan lain sebagainya.
Menyikapi medan seperti itulah yang perlu kehati-hatian dan kecermatan agar kita lancar dalam me-nempuh perjalanan tersebut dan sampai di tempat B dengan selamat.
Menjalani jalan tersebut tentu sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri kita. Kemampuan kita dalam menjalani jalan terjal bagaimana, bisa cepat atau lambat. Menghadapi rintangan sungai bisa dengan berenang kalau kita mampu berenang atau dengan cara lain kalau kita tidak mampu berenang. Menghadapi jalan datar bisa dengan kecepatan tetap saja seperti sebelumnya atau dilakukan dengan santai atau malah lebih dipercepat. Kitalah yang akan mengetahui bagaimana harus kita lakukan sesuai  dengan kemampuan kita
Yang jelas selama perjalanan menuju tempat B tersebut kita harus tetap pada pedoman yang telah kita miliki, yaitu diantaranya peta. Kita tetap membaca dan mempelajari pedoman tersebut serta menggu-nakan akal kita, terutama pada saat-saat mengalami rintangan yang menimbulkan kesulitan.
Kalau kita terbentur pada kesulitan yang dialami  di lapangan walaupun sudah membuka dan mempe-lajari pedoman, maka kita  dapat minta pertolongan dan berkomunikasi dengan yang mengetahui/mem-buat pedoman itu melalui alat komunikasi yang telah dipersiapkan. Komunikasi akan lancar apabila kita telah mempelajari pedoman ter-sebut, sehingga solu-si/pertolongan cepat datang.
Apabila kita belum atau tidak membaca dan mempelajari pedomannya maka komunikasi tidaklah akan lancar dan pertolongan akan tersendat. Yang dimintai pertolongan itu kemungkinan akan  menyu-ruh kita untuk membaca dan mempelajari pedoman terlebih dahulu, sehingga solusi/pertolonganpun ter-tangguhkan.
Petunjuk akan jelas apabila komunikasi dengan yang dimintai pertolongan lancar. Komunikasi akan lancar apabila kita pun telah membaca dan mempe-lajari pedoman yang diberikan/dibuatnya.  Bagai-manapun yang diminta pertolongan akan bertanya, apa kesulitannya, dimana posisi berada, bagaimana situasi medannya dan lain-lain. Kita akan memberikan informasi dengan baik apabila kita mengerti pedo-mannya. Informasi yang jelas akan menentukan pertolongan yang diminta.  Misalnya kita memberikan informasi, kesulitannya adalah harus menyeberang sungai yang lebar dan dalam, posisi sekian derajat lintang Utara dan sekian derajat bujur Timur, medan-nya banyak pohon bambu. Yang diminta pertolongan akan menjawab, buatlah rakit dari bambu, posisi penyeberangan yang layak sekian derajat lintang Utara dan sekian derajat bujur Timur.
Apabila belum  mengerti pedoman yang dibawa, maka komunikasi tidak lancar dan pertolongan jadi tersendat.  Bagaimanapun untuk menjawab per-tanyaan yang diminta pertolongan, yang minta pertolongan akan berkata, baik nanti saya lihat dulu petanya dan dipelajari, informasinya nanti saya sampaikan. Jelaslah dalam hal ini dia sudah kehi-langan waktu dan pertolongan yang diharapkannya-pun jadi tertunda.

Itulah contoh yang mudah-mudahan dapat dicerna oleh akal kita.

Marilah kita berbicara pada hakekat perjalanan hidup kita yang sebenarnya.  Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, tujuan hidup  kita adalah perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat semula manusia (Nabi Adam AS) diciptakan yaitu syurga dan hakekat hidup manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT, untuk taat pada perintah-perintah-Nya dan mening-galkan larangan-larangan-Nya.
Allah SWT telah memberikan pedoman untuk menjalani semua itu seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Pedoman tersebut telah menunjukkan jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan hidup manusia,  yaitu jalan yang lurus dan memberikan gambaran tentang keadaan medan yang akan dijalani yaitu penuh lika-liku cobaan dan ujian, baik menyulitkan maupun  menyenangkan manusia. Cobaan dan ujian ini dalam nuansa yang  sangat rentan terhadap godaan-godaan syaitan, di mana syaitan akan mempengaruhi manu-sia supaya ingkar pada Allah SWT. Syaitan memang telah berjanji akan selalu menggoda manusia  karena dendamnya pada manusia. Hal ini disebabkan karena manusialah ia (syaitan) dikutuk oleh Allah SWT.

Kita tentu  menginginkan perjalanan ini lancar dan selamat sampai di  tujuan. Caranya tiada lain dengan selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Agar pedoman itu dimengerti maka kita harus sering membaca dan mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga kita akan selalu mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya.
Kadangkala kita terbentur pada masalah yang sulit dipecahkan, walaupun kita “merasa” telah mengikuti pedoman tersebut. Namun demikian sebenarnya pedoman tersebut telah menunjukkan caranya yaitu dengan menyarankan untuk berko-munikasi dengan Allah SWT, melalui sholat–sholat sunat seperti sholat tahajud, sholat dhuha, sholat istikhoroh dan lain-lain untuk memohon hida-yah(petunjuk)-Nya.
Komunikasi akan lancar dan pertolongan cepat terasa apabila kita mengerti pedoman yang diberikan Allah SWT. Untuk mengerti haruslah selalu membaca dan mempelajajari (mengkaji)  pedoman-Nya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Komunikasi tidak akan lancar dan pertolongan terasa tersendat apabila kita kurang mengerti pedoman yang diberikan Allah SWT karena kurang-nya membaca dan mempelajari (mengkaji) Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tersendatnya hal tersebut karena seolah-olah Allah SWT menyuruh kita untuk mem-buka pedoman-Nya untuk dibaca dan dipelajari (dikaji) terlebih dahulu agar komunikasinya menjadi lancar.

Demikianlah kiranya hal yang menyangkut de-ngan memohon hidayah (petunjuk/ pertolongan) Allah SWT.
Wallahua’lam bisawab.
Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha ilallahu  Allahu akbar.

Hidayah dari Allah SWT sangat diperlukan tatkala terjadi keresahan batin menimpa diri manusia. Keresahan batin dapat menimpa manusia  baik dalam kondisi sedang bergelimang penuh dengan kepa-paan maupun dalam kondisi sedang bergelimang penuh dengan perhiasan-perhiasan dunia. Keresahan batin terjadi akibat tidak adanya keseimbangan dalam diri manusia.
Rasulullah Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Sebaik-baik urusan adalah pertengahannya (yang di tengah-tengah)”
(HR. Al-Baihaqi)




BAGIAN 8

Mempersiapkan diri untuk menyongsong hidayah ALLAH SWT
 
Dalam kondisi yang resah manusia biasanya mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi untuk mencari jalan keluar-nya.  Manusia akan meminta pertolongan di luar kemampuan dirinya.
Yang tidak kuat imannya, maka akan tergelincir terbawa bujukan-bujukan syaitan yang memanfaatkan kondisi tersebut untuk   menjauhi dan mengingkari Allah SWT. Apabila terjadi demikian maka dia telah memilih jalan yang sesat yang biasanya hanya memberikan kesenangan sesaat.
Sebagai Muslim, kita dalam  kondisi resah dan mengalami kesulitan untuk mengatasinya sudah tentu harus tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, yaitu tetap memohon hidayah (petunjuk/per-tolongan) dari Allah SWT.

Firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. 
(Al-Baqoroh ayat 153)

 
Sabar adalah mengendalikan nafsu untuk dapat menerima apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT dengan sikap rasa penuh keikhlasan dan tabah, sehingga kita tetap tenang. Dengan ketenangan maka pikiran kita akan jernih dan akan mengarah ke hal-hal yang positip.
Mengerjakan sholat artinya melaksanakan perintah Allah SWT. Dalam sholat, kita melak-sanakan dzikir dan berdo’a, sebagai perwujudan dari pengakuan, bahwa kita ini lemah di hadapan Allah SWT. Dengan sholat kita bersimpuh di hadapan-Nya untuk memohon petunjuk-Nya.

Yang perlu diperhatikan pula adalah apakah kita telah mempersiapkan diri untuk menyongsong hidayah dari Allah SWT ? Karena bagaimanapun juga setelah memperoleh hidayah dari Allah SWT itu bukanlah suatu hal yang mulus, akan tetapi masih tetap dalam koridor sebagai cobaan dan ujian dari Allah SWT. Apabila kita belum mempersiapkan diri, maka ketika hidayah dari Allah SWT datang dan kita belum siap menyongsongnya, maka akan sia-sialah jadinya dan akan lewat begitu saja.
Demikian juga walaupun kita telah siap menyongsongnya pada kesempatan pertama akan tetapi apabila kita tidak dapat memeliharanya selama menjalaninya, maka sudah tentu  akan putus di tengah jalan dan sudah tentu hasilnya tidak akan sesuai dengan yang kita harapkan.
Oleh karena itu di dalam  memohon hidayah dari Allah SWT itu kita harus mempersiapkan diri untuk  menyongsongnya dan siap untuk memeliha-ranya, agar hasil yang diperoleh akan sesuai dengan yang kita harapkan.
Mempersiapkan diri itu tiada lain adalah dengan tetap berpedoman pada pedoman yang diberikan Allah SWT seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Caranya adalah dengan selalu/sering membaca, mempelajari dan mengkajinya.








Catatan
 
Tulisan ini saya tulis sebagai rangkuman dari catatan-catatan pribadi saya yang menyangkut keagamaan  dipadukan dengan buku-buku mengenai keagamaan yang saya baca.
Catatatan-catatan pribadi tersebut saya tulis sejak tahun 1997 dari hasil perenungan kilas balik perjalannan hidup saya serta perenungan musibah yang menimpa  rumah tangga saya sejak tahun 1997.
Saya yakin musibah yang menimpa tersebut sebagai teguran dari Allah SWT atas kelalaian dan kealpaan saya dalam menjalani hidup ini. Lalai dan alpa terhadap pedoman hidup yang diberikan-Nya.
Saya bersyukur pada Allah SWT atas teguran-Nya, atas kasih sayang-Nya. Walaupun pahit namun telah memberikan hikmah bagi diri saya untuk menempuh perjalanan hidup saya selanjutnya.
Tulisan ini  memang saya buat khusus untuk diri saya sendiri agar selalu mengingatkan  diri saya sehingga tidak akan tersandung lagi pada batu yang sama.
Kalaupun tulisan ini ada yang membaca, semogalah menjadi bahan penelaahan dan pere-nungan dalam  rangka menuju kedekatan kepada Allah SWT.

SUBHANALLAAHU WALHAMDULILLAAH WALAA ILAAHA ILALLAAHU ALLAAHU AKBAR
hamba mohon ampunan-Mu, hamba mohon petunjuk-Mu, hamba mohon pertolongan-Mu, hamba mohon perlindungan-Mu, hamba mohon bimbingan-Mu.
Amin.





DAFTAR PUSTAKA


1.     AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA, Ya-yasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir Al-Qur’an, 1971.
2.     HADITS QUDSI, POLA PEMBINAAN AKH-LAK MUSLIM, K.H.M. Ali Usman, H.A.A. Prof. Dr. H.M.D. Dahlan, CV Penerbit Dipo-negoro Bandung, 1975.
3.     1100 HADITS TERPILIH, SINAR AJARAN MUHAMMAD, Dr. Muhammad Faiz Almath, Gema Insani, 1991.
4.     PETUAH-PETUAH RASULULLAH, Syamsul Rijal Hamid, Penebar Salam, 1996.
5.     KUMPULAN HADITS, DO’A-DO’A RASU-LULLAH S.A.W., Idrus Alkaff, Penerbit Husaini Bandung, 1990.
6.     MEMPERTAJAM MATA HATI, Ibnu Atthollah Assukandari, CV Bintang Pelajar, 1990.
7.     MENUJU SHALAT KHUSU’, Ali Atthontowi, Gema Insani Press, 1997.
8.     PANDANGAN HIDUP MUSLIM, S.M.H. Beheshti, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 1989.
9.     AL-QUR’AN YANG AJAIB, Al Razi, Gema Insani Press, 1997.
10.   AL-QUR’AN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Gema Insani Press, 1996.
11.   ILMU GAIB,  Prof. Muhammad Mutawali Sya’rawi, Gema Insani Press, 1997.
12.   MENANGKAP ISYARAT QUR’AN, Mustafa Mahmud, Pustaka Firdaus, 1991.
13.   MENEMUI ALLAH, Amiruddin Syah, Yayas-an Cahaya Margamulya, Jakarta, 1997.
14.   HIKMAH DI BALIK MUSIBAH, Abdurrahman Bauzir, H.I. Press, 1996.
15.   TAFAKUR DIBALIK PENCIPTAAN MAKH-LUK, Imam Al-Ghazali, Risalah Gusti, 1997.
16.   SEPULUH INTI PERINTAH ALLAH, H. Ach-mad Zurzani D., Ismail Maulana Syarif, Fikahati Aneska, 1995.
17.   QADHA DAN QADAR, Prof. Dr. Mutawalli Asy Sya’rawi, Gema Insani Press, 1994.
18.   MENYELAMI KEBEBASAN MANUSIA, Dr. Machasin, Ihnis, 1995.
19.   DO’A YANG DIKABULKAN, Prof. Dr. M. Mutawalli Sya’rawi, Pustaka Al Kautsar, 1997.
20.   HANYA DO’A YANG DAPAT MENANGKAL TAKDIR, Amir Hamzah Fachrudin, Pustaka Azzam, 1998.
21.   RAHASIA TERKABULNYA DO’A berkenaan Dengan Pelakunya Waktu dan Tempat, Imam As Suyuthi, Al-Fikar, 1994.
22.   MENCERAHKAN CAHAYA HATI, Upaya Menegakkan Iman dan Keberhasilan Hidup Berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, Drs Triguno Dipl. EC. LLM., Al Mawardi Prima, 2003.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar